Aku masih ingat malam pertama kali aku benar-benar menyadari kalau dunia game bukan cuma soal hiburan. Waktu itu aku baru saja memenangkan match solo rank di PUBG setelah berjam-jam latihan. Rasanya luar biasa, tapi di tengah euforia itu, aku sempat berpikir: “Kalau aku bisa main sebaik ini, kenapa nggak sekalian cari cuan dari sini?” Dari situlah awal mula perjalananku jadi seorang Gamepreneur dimulai.
Awalnya, aku kira menghasilkan uang dari game itu cuma bisa lewat turnamen. Tapi ternyata dunia virtual jauh lebih luas dari yang kupikir. Ada orang yang jadi streamer, reviewer, coach, bahkan penyedia jasa top up diamond. Aku mulai penasaran: apa aku juga bisa?
Satu minggu kemudian, aku mulai eksperimen kecil. Aku buat akun YouTube dan mulai posting gameplay PUBG dan Mobile Legends. Nggak langsung sukses, sih. Videoku pertama cuma ditonton 11 orang—dan itu termasuk aku sendiri yang nonton 3 kali, haha. Tapi dari situ aku belajar pentingnya konsistensi dan cerita personal. Orang nggak cuma mau lihat jago main, tapi juga pengen tahu siapa kita, gimana perjuangan kita. Itu yang bikin konten punya jiwa.
Beberapa bulan kemudian, aku mulai dapat penonton tetap. Lalu aku kepikiran buat bikin layanan top up diamond Mobile Legends. Awalnya cuma bantu teman kampus beli diamond dengan harga lebih murah, tapi lama-lama banyak yang order. Aku buka toko kecil di Instagram, terus promosi pakai potongan harga buat pelanggan baru. Dalam sebulan, aku bisa dapat 1,5 sampai 2 juta rupiah cuma dari jualan diamond. Dari situ aku sadar, jadi Gamepreneur itu bukan soal punya game sendiri, tapi gimana kita memanfaatkan ekosistem gaming dengan cerdas.
Salah satu pengalaman paling lucu, aku pernah salah kirim diamond ke akun orang lain karena salah ID. Panik banget waktu itu. Tapi dari kesalahan itu aku belajar pentingnya sistem konfirmasi order dan database pelanggan. Sekarang aku pakai form Google dan template spreadsheet buat catatan order. Nggak ribet, tapi efektif banget.
Ngomong-ngomong soal Mobile Legends, aku juga sempat bantu teman bikin tim kecil buat ikut turnamen lokal. Kami latihan setiap malam, dan meski belum pernah menang besar, ada sponsor kecil yang nawarin jersey dan uang transport. Rasanya kayak mimpi—dari main bareng teman, tiba-tiba ada orang yang percaya dan invest ke timmu. Itulah momen pertama kali aku ngerasa: “Oke, ini bukan cuma hobi lagi, ini bisnis kecil yang tumbuh.”
Lalu aku coba peruntungan di PUBG. Awalnya cuma ikut custom room, tapi kemudian aku mulai live streaming di TikTok dan Facebook Gaming. Sekali waktu, aku bikin tantangan konyol: kalau aku mati dalam 2 menit, aku push up 10 kali. Aneh banget, tapi ternyata disukai penonton. Engagement naik gila-gilaan. Ternyata humor dan interaksi bikin orang betah. Di situ aku mulai ngerti, kunci jadi Gamepreneur sukses itu bukan cuma skill, tapi juga personality.
Ada satu minggu di mana aku nyaris menyerah. Penonton turun drastis, order diamond sepi, bahkan aku sempat sakit karena begadang terus. Tapi aku nggak mau nyerah. Aku ubah strategi: mulai gabung komunitas gamer di Discord, belajar optimasi algoritma YouTube, dan mempelajari SEO biar kontenku gampang ditemukan di Google. Dalam sebulan, pendapatan dari adsense naik hampir dua kali lipat.
Sekarang aku bisa bilang, jadi Gamepreneur bukan tentang keberuntungan, tapi tentang adaptasi. Dunia game itu cepat banget berubah — hari ini orang suka Mobile Legends, besok bisa pindah ke ZOki, game simulasi baru yang lagi rame banget di komunitas. Aku belajar buat selalu update tren, entah lewat TikTok Gaming, forum Reddit, atau grup Telegram gamer lokal.
Kalau kamu tertarik mulai jadi Gamepreneur juga, ini beberapa cara yang aku pelajari lewat banyak kegagalan dan kopi malam:
Bangun identitas digital kamu.
Pilih nama yang gampang diingat dan punya vibe kamu banget. Misalnya aku pakai nama “ZynixPlay,” biar lebih nyantol di ingatan orang.
Pilih bidang yang kamu kuasai.
Mau jadi streamer? Boleh. Mau jualan diamond atau buka jasa joki akun juga bisa. Yang penting kamu ngerti kebutuhan gamer lain.
Gunakan platform digital untuk promosi.
Instagram, TikTok, YouTube, dan Discord itu ladang emas. Aku dulu cuma modal HP dan tripod murahan, tapi bisa tumbuh audiens ribuan.
Bangun kepercayaan.
Jangan asal jualan diamond tanpa bukti transaksi atau testimoni. Orang beli karena percaya, bukan karena murah.
Jaga ritme dan motivasi.
Kadang semangatmu naik turun. Tapi ingat, setiap video yang kamu upload, setiap pesanan kecil yang kamu proses, itu satu langkah menuju kemandirian finansial.
Edukasi diri terus-menerus.
Aku dulu nggak tahu apa-apa soal monetisasi, tapi sekarang bisa bikin laporan pendapatan bulanan. Semua karena belajar otodidak lewat forum dan artikel Gamepreneur lain.
Dan ini dia rekomendasi permainan yang bisa bikin cuan, terutama buat kamu yang mau mulai tapi bingung dari mana:
🎮 PUBG Mobile — bisa dari streaming, turnamen, atau jasa joki rank.
💎 Mobile Legends: Bang Bang — cocok untuk penjualan diamond, review hero, atau konten edukatif gameplay.
🕹️ ZOki Game — game simulasi ekonomi virtual yang lagi naik daun, banyak peluang jadi kreator konten atau analis gameplay.
🧠 Valorant — pasar coaching dan konten tips & tricks-nya besar banget.
💼 Free Fire — ideal buat turnamen komunitas dan penjualan item in-game.
⚡ Call of Duty Mobile — cocok buat yang mau fokus di konten kompetitif atau highlight epic moment.
Jangan kaget kalau nanti kamu nemu peluang baru dari game-game itu. Dunia digital nggak pernah diam, dan para Gamepreneur sejati adalah mereka yang bisa beradaptasi cepat.
Kalau ditanya, “Kapan aku benar-benar ngerasa sukses?” — mungkin bukan pas pertama kali dapat uang, tapi waktu aku sadar aku bisa hidup dari hal yang aku cintai. Bangun pagi, main game, buat konten, berinteraksi sama komunitas, dan lihat orang lain terbantu dengan tips atau jasa yang kuberikan. Itu priceless banget.
Sekarang, setiap kali aku ketemu gamer yang bilang, “Aku pengen kayak kamu,” aku cuma jawab, “Kamu bisa. Asal sabar, belajar, dan nggak takut gagal.” Karena jadi Gamepreneur itu bukan soal siapa yang paling jago main, tapi siapa yang paling konsisten bertahan.